Sabtu, 13 Desember 2014

Rabu, 10 Desember 2014

sumber-sumber pengetahuan filsafat ilmu



Makalah
Filsafat Ilmu
SUMBER - SUMBER PENGETAHUAN

Oleh
Ayu Masri Utami                  : 04222012
Hermanto Pangaribuan        : 04072012
Khairunnas                            : 04212012
Rahman                                 : 04342012
Surkapri                                 : 04272012



Dosen Pembimbing
Dr. Febri Yulika, S.Ag,. M.Hum
Nofrial, S.Sn,. M.Sn


JURUSAN SENI KRIYA
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN
INSTITUT SENI INDONESIA PADANGPANJANG
2013




KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan karunianya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Sumber Pengetahuan. Tujuan pembuatan makalah ini sebagai tugas struktur mata kuliah Filsafat Ilmu. Ucapan terima kasih kami  kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Tentunya makalah ini masih jauh dari sempurna baik dari segi tulisan, referensi kepustakaan, analisis dan sintesis, penalaran, dan pemahaman penulis terhadap topik yang diberikan. Penulis harap kepada pembimbing, teman-teman dan pembaca memberikan kritik dan sarannya untuk kesempurnaan isi makalah ini.
Terima Kasih.

Padangpanjang, September  2014



penulis


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang........................................................................................... 1
B.       Batasan Pembahasan.................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
1.      Pikiran ( Rasionalisme )............................................................................... 3      
2.        Pengalaman ( Empirisme ).......................................................................... 4
3.        Intuisi......................................................................................................... 8
4.        Wahyu........................................................................................................ 9
5.        Otoritas......................................................................................................11
BAB III PENUTUP
A.      Kesimpulan.............................................................................................. 12
KEPUSTAKAAN

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Ada orang yang berkata, bahwa orang harus berfilsafat, untuk mengetahui apa yang disebut filsafat itu. Mungkin ini benar, hanya kesulitannya ialah: bagaimana ia tahu, bahwa ia berfilsafat?.  Mungkin ia mengira sudah berfilsafat dan mengira tahu pula apa filsafat itu, akan tetapi sebenarnya tidak berfilsafat, jadi kelirulah ia dan dengan sendirinya salah pula sangkanya tentang filsafat itu.
Dalam kehidupan sehari-hari manusia dilindungi oleh beraneka macam peristiwa yang langsung dialaminya, seperti bangun tidur, mengenakan pakaian, bekerja dan beristirahat. Atau yang tidak langsung sampai kepadanya, namun juga dianggap biasa saja, seperti misalnya berita dalam surat kabar atau radio mengenai perkembangan mutakhir dalam politik internasional, bencana alam disalah satu negeri nan jauh atau peristiwa-peristiwa menakjubkan.
Rasa ingin tahu dan penasaran telah menyebabkan manusia terdorong untuk berpikir. Manusia mampu mengembangkan pengetahuannya disebabkan oleh bahasa untuk berkomunikasi dan kemampuan berpikir manusia. rasa heran yang mendorong seseorang peneliti untuk mengadakan penelitiannya yang merupakan sumber-sumber penemuan ilmiah. Ada banyak sumber pengetahuan yang membuat manusia mengetahui berbagai hal. Mulai dari pikirannya, pengalamannya, intuisi, dan lain sebagainya.
                                                   

B.  Batasan Masalah
Adapun batasan masalah yang di bahas di dalam makalah ini mengenai sumber pengetahuan ialah pikiran (rasionalisme), pengalaman (empirisme), intuisi, dan wahyu.



















BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pikiran ( Rasionalisme)
Sudah kita sebut sebelum ini, logika mempelajari hukum “patokan” dan rumus berfikir psikologi juga membicarakan aktivitas berfikir. Karena itu kita hendaklah berhati-hati melihat persimpangan dengan logika, psikologi mempelajari pikiran dan karyanya tanpa menyinggung sama sekali urusan benar salah. Sebaiknya urusan benar dan salah menjadi masalah pokok dalam logika.
Banyak jalan pemikiran yang dipengaruhi oleh keyakinan, pola berfikir kelompok, kecenderungan pribadi, pergaulan dan sugesti. Juga banyak pemikiran yang diungkapkan sebagai luapan emosi, caci maki, kata pujian atau penyataan keheranan dan kekaguman.
Dalam aktivitas berfikir, terkadang orang membanding, menganalisis serta menghubungkan proporsi yang satu dengan yang lain. Dengan demikian penyelidikan masih dalam pencarian kebenaran dalam pemikiran.
Kaum rasinalis memakai faham rasinalisme. Kaum ini menggunakan metode deduktif dalam menyusun pengetahuannya. Premis yang dipakai dalam penalarannya didapatkan dari ide yang menurut anggapannya jelas dan dapat diterima (idealisme).
Fungsi pikirannya hanyalah mengenali prinsip tersebut yang lalu menjadi pengetahuannya, sementara pengalaman tidak memiliki prinsip. Ide bagi kaum rasionalis adalah bersifat apriori. Pemikiran rasional cenderung untuk bersifat solipsistik dan subjektif. Masalah utama yang dihadapi kaum rasionalis adalah evaluasi dari kebenaran premis-premis yang dipakainya dalam penalaran deduktif.
Adapun asas pemikiran yang sebagai mana di ketahui pangkal atau asal dari mana sesuatu itu muncul dan dimengerti. Maka asas pemikiran adalah pengetahuan di mana pengetahuan muncul dan dimengerti. Asas ini dapat di  bedakan menjadi tiga, yaitu:
-       Asas Identitas ( Prinsipium Identitatis )
Asas identitas adalah dasar dari semua pemikiran prinsip ini mengatakan bahwa sesuatu itu adalah dia sendiri bukan lainnya.
-          Asas Kontradiksi ( Prinsipium Contradictoris )
Prinsip ini mengatakan bahwa pengingkaran sesuatu tidak mungkin sama dengan pengakuannya. Jika di akui bahwa sesuatu itu bukan A maka tidak mungkin pada saat itu ia adalah A.
-          Asas Penolakan Kemungkinan Ketiga ( Principium Exclusi Tartii Qanun Imtina)
Asas ini mengatakan bahwa antara pengakuan dan pengingkaran terletak pada salah satunya. Pengakuan dan pengingkaran merupakan pertantangan mutlak.
B.  Pengalaman ( Empirisme)
Empirisme adalah sebuah aliran yang menjadikan pengalaman sebagai sumber pengetahuan. Di mana aliran ini menganggap bahwa pengalamanlah yang menjadi sumber pengetahuan yang diperoleh dengan cara observasi atau penginderaan. Selain itu, pengalaman juga disebut sebagai faktor yang fundamental dalam pengetahuan, karena ia merupakan sumber pengetahuan yang ada di dalam diri manusia.
Empirisme itu sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu empiris yang berarti pengalaman indrawi. Maka dari itulah empirisme digolongkan paham yang memilih pengalaman sebagai sumber pengetahuan, baik itu pengalaman lahiriah maupun pengalaman batiniah yang menyangkut pengalaman pribadi seseorang.
Pengetahuan manusia didapat melalui pengalaman yang kongkret. Kaum empiris menganggap bahwa dunia fisik adalah nyata karena merupakan gejala yang tertangkap oleh panca indera. Gejala itu kalau ditelaah lebih lanjut mempunyai beberapa karakteristik tertentu:
-       Umpamanya saja terdapat pola yang teratur mengenai suatu kejadian tertentu.
-       Adanya kesamaan dan pengulangan.
Berangkat dari beberapa karakteristik di atas, maka dapatlah disusun pengetahuan yang berlaku secara umum lewat pengamatan terhadap gejala-gejala fisik yang bersifat individual.  Masalah utamanya: bahwa pengetahuan yang dikumpulkan itu cenderung untuk menjadi suatu kumpulan fakta-fakta. Kumpulan tersebut belum tentu bersifat konsisten  dan mungkin saja terdapat hal-hal yang bersifat kontradiktif. Suatu kumpulan mengenai fakta, atau kaitan antara berbagai fakta, belum menjamin terwujudnya suatu sistem pengetahuan yang sistematis.
Empirisme juga berpendapat bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman, sehingga pengenalan indrawi dan empiris merupakan pengenalan yang paling jelas dan sempurna. Penganut empirisme mengatakan bahwa pengalamn itu tidak lain adalah akibat seuatu objek yang merangsang alat-alat indrawi, yang kemudian dipahami didalam otak, dan rangsangan tersebut mengakibatkan terbentuknya atau munculnya tanggapan-tanggapan mengenai objek yang telah merangsang alat-alat indrawi tadi. Dan empirisme juga memegang peranan yang sangat penting bagi pengetahuan.
Dan berikut merupakan tokoh-tokoh dalam empirisme:
-       Francis Bacon (1210-1292 M),
Bacon dianggap sebagai bapak ilmu pengetahuan modern, oleh banyak sejarawan. Filsafat dan tulisannya sangat berpengaruh dalam mengobarkan revolusi pengetahuan pada abad ke 17. Filsafat Bacon menekankan empirisme (teori yang menyatakan bahwa pengetahuan hanya dapat diperoleh dari pengalaman langsung) dan induksi. Inti filsafat Bacon adalah metode induksi berlawanan dengan metode deduksi untuk memahami sifat alam semesta. 
-       Thomas Hobbes (1588-1679 M),
filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan yang bersifat umum, sebab filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan tentang efek-efek atau akibat-akibat, atau tentang penampakan-panampakan yang kita peroleh dengan merasionalisasikan pengetahuan yang semula kita miliki dari sebab-sebabnya atau asalnya. Sebagai penganut empirisme, pengenalan atau pengetahuan diperoleh melalui pengalaman. Pengalaman adalah awal dari segala pengetahuan, juga awal pengetahuan tentang asas-asas yang diperoleh dan diteguhkan oleh pengalaman. Segala pengetahuan diturunkan dari pengalaman. Dengan demikian, hanya pengalamanlah yang memberi jaminan kepastian
-       John Locke (1632-1704M),
Di tangan empirisme Locke, filsafat mengalami perubahan arah. Jika rasionalisme Descartes mengajarkan bahwa pengetahuan yang paling berharga tidak berasal dari pengalaman, maka menurut Locke, pengalamanlah yang menjadi dasar dari segala pengetahuan. Namun demikian, empirisme dihadapkan pada sebuah persoalan yang sampai begitu jauh belum bisa dipecahkan secara memuaskan oleh filsafat. Persoalannya adalah menunjukkan bagaimana kita mempunyai pengetahuan tentang sesuatu selain diri kita dan cara kerja pikiran itu sendiri.
-       David Hume (1711-1776M),
Pemikiran empirisnya terakumulasi dalam ungkapannya yang singkat yaitu I never catch my self at any time with out a perception (saya selalu memiliki persepsi pada setiap pengalaman saya). Dari ungkapan ini Hume menyampaikan bahwa seluruh pemikiran dan pengalaman tersusun dari rangkaian-rangkaian kesan (impression).
-       Ciorge Berkeley (1665-1753 M),
Menurut Berkeley, pengamatan terjadi bukan karena hubungan antara subjek yang mengamati dan objek yang diamati. Pengamatan justru terjadi karena hubungan pengamatan antara pengamatan indera yang satu dengan pengamatan indera yang lain. Misalnya, jika seseorang mengamati meja, hal itu dimungkinkan karena hubungan antara indera pelihat dan indera peraba. Indera penglihatan hanya mampu menunjukkan ada warna meja, sedangkan bentuk meja didapat dari indera peraba. Kedua indera tersebut juga tidak menunjukkan jarak antara meja dengan orang itu, sebab yang memungkinkan pengenalan jarak adalah indera lain dan juga pengalaman. Dengan demikian, Berkeley mengatakan bahwa pengenalan hanya mungkin terhadap sesuatu yang konkret.
-       Herbert Spencer (1820-1903 M),
Menurut Berkeley, pengamatan terjadi bukan karena hubungan antara subjek yang mengamati dan objek yang diamati. Pengamatan justru terjadi karena hubungan pengamatan antara pengamatan indera yang satu dengan pengamatan indera yang lain. Misalnya, jika seseorang mengamati meja, hal itu dimungkinkan karena hubungan antara indera pelihat dan indera peraba. Indera penglihatan hanya mampu menunjukkan ada warna meja, sedangkan bentuk meja didapat dari indera peraba. Kedua indera tersebut juga tidak menunjukkan jarak antara meja dengan orang itu, sebab yang memungkinkan pengenalan jarak adalah indera lain dan juga pengalaman. Dengan demikian, Berkeley mengatakan bahwa pengenalan hanya mungkin terhadap sesuatu yang konkret.
C.  Intuisi
Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu. Intuisi bersifat personal dan tidak dapat diramalkan. Sebagian dasar untuk menyusun pengetahuan secara teratur maka intuisi ini tidak dapat diandalkan.
Pengetahuan intuitif dapat dipergunakan sebagai hipotesis bagi analisis selanjutnya dalam menentukan kebenaran (Bakker dan Zubair, 1990). Pengalaman intuitif seringa hanya dianggap sebagai sebuah halusinasi atau bahkan sebuah ilusi belaka. Sementara itu oleh kaum beragama intuisi (hati) dipandang sebagai sumber pengetahuan yang mulia (Kartanegara, 2005). Dari riwayat hidup matinya Sokrates, pengetahuan intuitif disebutnya sebagai “theoria” dimana cara untuk sampai pada pengetahuan itu adalah refleksi terhadap diri sendiri (Huijbers, 1982).
Perpaduan antara rasa, naluri, dan pengalaman yang mendalam terhadap permasalahan. Sehingga menimbulkan tingkat pemahaman yang melampaui batas-batas logika. Kemampuan intutif bagi seorang seniman dianggap penting, Terutama untuk memutuskan berbagai pekerjaan kompleks tanpa harus melampaui perhitungan dan pembuktian lapangan.
Jadi, Intuisi adalah istilah untuk kemampuan memahami sesuatu tanpa melalui penalaran rasional dan intelektualitas. Sepertinya pemahaman itu tiba-tiba saja datang dari dunia lain dan diluar kesadaran. Misalnya saja, seseorang tiba-tiba saja terdorong untuk membaca sebuah buku. Ternyata, di dalam buku tersebut ditemukan keterangan yang dicari-carinya selama bertahun-tahun. Atau misalnya, merasa bahwa ia harus pergi ke sebuah tempat, ternyata disana ia menemukan penemuan besar yang mengubah hidupnya. Namun tidak semua intuisi berasal dari kekuatan psikologi, tetapi sebagian intuisi bisa dijelaskan sebab musebnya.
D.  Wahyu
Wahyu, dalam arti bahasanya adalah isyarat yang cepat. Wahyu adalah kata masdhar yang memiliki pengertian dasar tersembunyi dan cepat, terkadang juga wahyu digunakan dalam kata isim maf’ul, diwahyukan.. Wahyu adalah sumber pengetahuan yang bersandar pada otoritas Tuhan sebagai sang Maha Ilmu. Wahyu Allah dikodifikasikan dalam tiga buah kitab suci yaitu: Taurat, Injil, Alquran.
Sumber pengetahuan yang disebut “ wahyu” identik dengan agama atau kepercayaan yang sifatnya mistis. Ia merupakan pengetahuan yang bersumber dari tuhan melalui hambanya yang terpilih untuk menyampaikan nabi dan rasul. Melalui wahyu atau agama, manusia diajarkan tentang sejumlah penegetahuan. Baik yang terjangkau ataupun tidak terjangkau oleh manusia.
Wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan tuhan kepada manusia. Pengetahuan ini disalurkan lewat nabi-nabi yang di utusannya sepanjang zaman. Agama merupakan pengetahuan bukan saja mengenai kehidupan sekarang yang terjangkau pengalaman, namun juga mencakup masalah-masalah yang bersifat trasendental seperti latar belakang penciptaan manusia dan hari kemudian di akherat nanti. Pengetahuan ini didasarkan pada kepercayaan kepada tuhan yang merupakan sumber pengetahuan, kepercayaan kepada nabi sebagai perantara dan kepercayaan terhadap wahyu sebagai cara penyampaian, merupakan dasar dari penyusunan pengetahuan ini.
Kepercayaan adalah titik tolak dalam agama. Suatu pernyataan harus dipercaya dahulu utuk dapat diterima, pernyataan ini bisa saja selanjutnya dikaji dengan metode lain. Secara rasional bisa dikaji umpamanya apakah pernyataan-pernyataaan yang terkandung didalamnya bersifat konsisten atau tidak. Dipihak lain secara empiris bisa dikumpulkan fakta-fakta yang mendukung pernyataan tersebut atau tidak. Singkatnya agama dimulai dengan rasa percaya, dan lewat pengajian selanjutnya kepercayaan itu bisa meningkat atau menurun. Pengetahuan lain seperti ilmu perumpamaannya. Ilmu dimulai dengan rasa tidak percaya, dan setelah melalui proses pengkajian ilmiah, kita bisa diyakinkan atau tetap pada pendiria semula
E.     Orang yang Memiliki Otoritas
Titus et.al (1984) mengawali penjelasan mengenai hal ini dengan ilustrasi pertanyaan, bagaimana kita mengatahui bahwa Socrates dan Julius Caesar pernah hidup di dunia?, apakah mereka itu orang-orang khayalan seperti nama-nama lain yang kita baca dalam mitologia dan novel-novel moderen?, Jawabannya adalah kita punya pengetahuan tentang Socrates dan Julius Caesar sebagai orang-orang yang pernah ada dan hidup di dunia, yakni dari “kesaksian” orang-orang yang pernah ada serta hidup sezaman dan setempat dengan mereka, serta juga ahli-ahli sejarah. Artinya ada orang yang ditempatkan sebagi yang memiliki “otoritas” sebagai sumber pengetahuan mengenai hal yang ingin diketahui, yaitu mereka yang punya kesaksian dari pengalaman dan pengetahuan yang berkenaan dengan itu.
Pada zaman moderen ini, orang yang ditempatkan memiliki otoritas, misalnya dengan pengakuan melalui gelar, termasuk juga dalam hal ini misalnya, hasil publikasi resmi mengenai kesaksian otoritas tersebut, seperti buku-buku atau publikasi resmi pengetahuan lainnya. Namun, penempatan otoritas sebagai sumber pengetahuan tidaklah dilakukan dengan penyandaran pendapat sepenuhnya, dalam arti tidak dilakukan secara kritis untuk tetap bisa menilai kebenaran dan kesalahannya.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Manusia mampu mengembangkan pengetahuannya disebabkan oleh bahasa untuk berkomunikasi dan kemampuan berpikir manusia. Ada banyak sumber pengetahuan yang membuat manusia mengetahui berbagai hal. Mulai dari pikirannya, pengalamannya, intuisi, dan lain sebagainya.
Dengan rasa ingin tahunya, manusia berusaha mencari pengetahuan dari berbagai sumber untuk memenuhi kebutuhan dan kelangsungan hidupnya. Penalaran merupakan salah satu proses dalam berpikir yang menggabungkan dua pemikiran atau lebih untuk menarik sebuah kesimpulan untuk medapatkan pengetahuan baru. Logika merupakan suatu cara untuk mendapatkan suatu pengetahuan dengan menggunakan akal pikiran, kata dan bahasa yang dilakukan secara sistematis. Sumber pengetahuan merupakan aspek-aspek yang mendasari lahirnya ilmu pengetahuan yang berkembang dan muncul dalam kehidupan manusia.
Kaum rasionalis memakai fahamnya rasionalisme. Rasionalisme mempergunakan metode deduktif dalam menyusun pengetahuannya. Premis yang dipakai dalam penalarannya didapatkan dari ide yang menurut anggapannya jelas dan dapat diterima (idealisme).
Empirisme itu sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu empiris yang bearti pengalamn indrawi. Maka dari itulah empirisme digolongkan paham yang memilih pengalamn sebagai sumber pengetahuan, baik itu pengalaman lahiriah maupun pengalaman batiniah yang menyangkut pengalaman pribadi sesorang.
Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu. Intuisi bersifat personal dan tidak dapat diramalkan. Intuisi adalah istilah untuk kemampuan memahami sesuatu tanpa melalui penalaran rasional dan intelektualitas. Sepertinya pemahaman itu tiba-tiba saja datang dari dunia lain dan diluar kesadaran.
Wahyu adalah sumber pengetahuan yang bersandar pada otoritas Tuhan sebagai sang Maha Ilmu. Wahyu Allah dikodifikasikan dalam tiga buah kitab suci yaitu: Taurat , Injil , Alquran.













DAFTAR PUSTAKA
Burhanuddin, Salam. 1997. Logika Materil. Jakarta : Rineke Cipta.
H. Mundiri. 2012. Logika. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.
Maksum, Ali. 2008. Pengantar Filsafat: Dari Masa Klasik Hingga Postmodernisasi. Yogyakarta: Ar-rv22 Media.
Suriasumantri, Jujun S. 2005. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
Susanto, Mikke. 2011. Diksi Rupa. Yogyakarta : Dicti Art Lab. Yogykarta dan Jagad Art Space Bali.