Rabu, 10 Desember 2014

candi dan arca



Makalah
Sejarah kebudayaan indonesia
Candi dan Arca



 





Oleh


Oleh :
Kelompok II

KHAIRUNNAS       : 04202012
AYU AKMAR        : 04352012
DODI HIDAYAT   :04282012
NORA MIRANDA :04132012  
ARIF                         :04292012


Dosen Pembimbing:
Nofrial, Ssn, Msn
Alipudin,  Ssn, Msn

JURUSAN SENI KRIYA
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
INSTITUT SENI INDONESIA
PADANGPANJANG 2012

Kata pengantar

Atas berkat dan rahmat Tuhan yang Maha Esa, penulis mengucapkan rasa syukur karna telah menyelesaikan makalah ini dalam rangka menyelesaikan tugas dalam pelajaran “Sejarah kebudayaan Indonesia”, juga penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing karena telah membantu dan mebimbing dalam menyempurnakan makalah ini.
makalah ini berisikan tentang candi dan arca peninggalan pada zaman prasejarah,  dan zaman hindu-budha.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan  penulis dan pembaca, apabila masih terdapat kekurangan penulis mohon maaf, untuk lebih menyempurnakn isi makalah ini, penulis mohon saran dan kritikannya.
Wassalam.


Penulis
Khairunnas
04202012



BAB I
PENDAHULUAN

A . Latar belakang
Sebagaimana kita ketahui, kebudayaan itu meliputi seluruh hasil usaha manusia baik itu berupa benda ataupun hanya hanya buah  pikiran dan alam penghidupan saja .
Dari zaman yang sudah lampau , hasil kebudayaaan itu hanyalah berupa benda- benda buatan manusia ,sedangkan alam pikirannya tersembunyi atau tersimpul di dalam benda-benda tersebut. Kalau benda itu berupa keterangan tertulis ,maka lebih mudah dan lebih jelaslah dapat kita ketahui ,dari benda dan  bangunan zaman purba yang sampai pada kita yang kini masih tinggal sebagai peninggalan zaman kebudayaan zaman purba, hanyalah yang terbaut dari batu dan dari bata saja.bangunan-bangunan ini semua sangat erethubungannya dengan keagamaan, jadi bersifat suci 
B. Tujuan
Makalah  ini membahas khusus tentang candi dan arca ,mulai dari asal mula candi  dan arca,sejarah, struktur, bahan bangunan yang digunakan dan perbedaan antara candi di suatu wilayah dengan wilayah yang lain    



BAB II
PEMBAHASAN
1)    CANDI
Candi adalah  bangunan kuno peninggalan dari kejayaan dan kemashuran Agama Hindu dan Buddha Antara abad ke-7 dan ke-15 masehi, ratusan bangunan keagamaan dibangun dari bahan bata merah atau batu andesit di pulau Jawa, Sumatera, dan Bali. Bangunan ini disebut candi. Istilah ini juga merujuk kepada berbagai bangunan pra-Islam termasuk gerbang, dan bahkan pemandian, akan tetapi manifestasi utamanya tetap adalah bangunan suci keagamaan."yang terbuat dari susunan batu sebagai tempat pemujaan, penyimpanan abu jenazah raja-raja,pendeta-pendeta Hindu atau Budha pada zaman dahulu
 Menurut Wikipedia mendefinisikan Candi sebagai bangunan tempat ibadah dari
peninggalan masa lampau yang berasal dari agama Hindu Buddha. sedangkan menurut
Prof. HJKrom dan Dr. WF Stutterheim mengartikan candi dari asal katanya CANDIKA
GHRA. Candika = Dewi maut (di Indonesia dikenal Bethari Durga = Durga Sura
Mahesa Mardhani) dan GRHA = GRAHA = GRIYA/GRIYO yang artinya rumah. Jadi Candi menurut mereka adalah rumah untuk bethari Durga = rumah dewi maut. Wujud Ciwa Durga Sura Mahesa Mardhani dapat kita jumpai di candi Prambanan pada Candi Ciwa, pada wujud patung yang oleh masyarakat setempat dikenal
sebagai Roro Jonggrang. Jadi pada masa klasik candi dipahami sebagai tempat suci untuk bakti kepada para dewa. Istilah "Candi" diduga berasal dari kata “Candika” yang berarti nama salah satu perwujudan Dewi Durgasebagai dewi kematian. Karenanya candi selalu dihubungkan dengan monumen tempat pedharmaan untuk memuliakan raja anumerta (yang sudah meninggal) contohnya candi Kidal untuk memuliakan RajaAnusapati.
Penafsiran yang berkembang di luar negeri — terutama di antara penutur bahasa Inggris dan bahasa asing lainnya  adalah; istilah candi hanya merujuk kepada bangunan peninggalan era Hindu-Buddha diNusantara, yaitu di Indonesia dan Malaysia saja (contoh: Candi Lembah Bujang di Kedah). Sama halnya dengan istilah wat yang dikaitkan dengan candi di Kamboja dan Thailand. Akan tetapi dari sudut pandang Bahasa Indonesia, istilah 'candi' juga merujuk kepada semua bangunan bersejarah Hindu-Buddha di seluruh dunia; tidak hanya di Nusantara, tetapi juga KambojaMyanmarThailandLaosVietnamSri LankaIndia, dan Nepal; seperti candi Angkor Wat di Kamboja dan candi Khajuraho di India. Istilah candi juga terdengar mirip dengan istilah chedi dalam bahasa Thailand yang berarti 'stupa
Berdasarkan latar belakang keagamaannya, candi dapat dibedakan menjadi candi Hindu, candi Buddha, paduan sinkretis Siwa-Buddha, atau bangunan yang tidak jelas sifat keagamaanya dan mungkin bukan bangunan keagamaan.
1.     Candi Hindu, yaitu candi untuk memuliakan dewa-dewa Hindu seperti Siwa atau Wisnu, contoh: candi Prambanan, candi Gebang, kelompok candi Dieng,candi Gedong Songocandi Panataran, dan candi Cangkuang.
2.     Candi Buddha, candi yang berfungsi untuk pemuliaan Buddha atau keperluan bhiksu sanggha, contoh candi Borobudur, candi Sewu, candi Kalasan, candi Sari, candi Plaosan, candi Banyunibocandi Sumberawancandi Jabung, kelompok candi Muaro Jambicandi Muara Takus, dan candi Biaro Bahal.
3.     Candi Siwa-Buddha, candi sinkretis perpaduan Siwa dan Buddha, contoh: candi Jawi.
4.     Candi non-religius, candi sekuler atau tidak jelas sifat atau tujuan keagamaan-nya, contoh: candi Ratu Boko, gapura Bajang Ratu, candi Tikus, candi Wringin Lawang.


2)   STRUKTUR CANDI
http://awidyarso65.files.wordpress.com/2008/09/picture11.jpg?w=253&h=300Secara umum struktur candi dipilah tersusun tiga bagian tegak (vertikal). Bagian kaki candi disebut BHURLOKA melambangkan dunia manusia,kaki candidenahnya bujur sangkar dan bisanya agak tinggi,dan dapat di naiki  bagian tubuh candi disebut BHUVARLOKA melambangkan dunia untuk yang disucikan; dan bagian atap candi dikenal dengan SVARLOKA yang merupakan dunia dewadewa. Patung Civa Mahadewi = Roro
Jonggrang
Kebanyakan bentuk bangunan candi meniru tempat tinggal para dewa yang sesungguhnya, yaitu Gunung Mahameru. Oleh karena itu, seni arsitekturnya dihias dengan berbagai macam ukiran dan pahatan berupa pola yang menggambarkan alam Gunung Mahameru. Peninggalan-peninggalan purbakala, seperti bangunan-bangunan candi, patung-patung, prasasti-prasasti, dan ukiran-ukiran pada umumnya menunjukkan sifat kebudayaan Indonesia yang dilapisi oleh unsur-unsur Hindu-BudhaPada hakikatnya, bentuk candi-candi di Indonesia adalah punden berundak, dimana punden berundak sendiri merupakan unsur asli Indonesia.
Berdasarkan bagian-bagiannya, bangunan candi terdiri atas tiga bagian penting, antara lain, kaki, tubuh, dan atap.
1.     Kaki candi merupakan bagian bawah candi. Bagian ini melambangkan dunia bawah atau bhurloka. Pada konsep Buddha disebut kamadhatu. Yaitu menggambarkan dunia hewan, alam makhluk halus seperti iblis, raksasa dan asura, serta tempat manusia biasa yang masih terikat nafsu rendah. Bentuknya berupa bujur sangkar yang dilengkapi dengan jenjang pada salah satu sisinya. Bagian dasar candi ini sekaligus membentuk denahnya, dapat berbentuk persegi empat atau bujur sangkar. Tangga masuk candi terletak pada bagian ini, pada candi kecil tangga masuk hanya terdapat pada bagian depan, pada candi besar tangga masuk terdapat di empat penjuru mata angin. Biasanya pada kiri-kanan tangga masuk dihiasi ukiran makara. Pada dinding kaki candi biasanya dihiasi relief flora dan fauna berupa sulur-sulur tumbuhan, atau pada candi tertentu dihiasi figur penjaga seperti dwarapala. Pada bagian tengah alas candi, tepat di bawah ruang utama biasanya terdapat sumur yang didasarnya terdapat pripih (peti batu). Sumur ini biasanya diisi sisa hewan kurban yang dikremasi, lalu diatasnya diletakkan pripih. Di dalam pripih ini biasanya terdapat abu jenazah raja serta relik benda-benda suci seperti lembaran emas bertuliskan mantra, kepingan uang kuno, permata, kaca, potongan emas, lembaran perak, dan cangkang kerang.
2.     Tubuh candi adalah bagian tengah candi yang berbentuk kubus yang dianggap sebagai dunia antara atau bhuwarloka. Pada konsep Buddha disebut rupadhatu. Yaitu menggambarkan dunia tempat manusia suci yang berupaya mencapai pencerahan dan kesempurnaan batiniah. Pada bagian depan terdapat gawang pintu menuju ruangan dalam candi. Gawang pintu candi ini biasanya dihiasi ukiran kepala kala tepat di atas-tengah pintu dan diapit pola makara di kiri dan kanan pintu. Tubuh candi terdiri dari garbagriha, yaitu sebuah bilik (kamar) yang ditengahnya berisi arca utama, misalnya arca dewa-dewi, bodhisatwa, atau Buddha yang dipuja di candi itu. Di bagian luar dinding di ketiga penjuru lainnya biasanya diberi relung-relung yang berukir relief atau diisi arca. Pada candi besar, relung keliling ini diperluas menjadi ruangan tersendiri selain ruangan utama di tengah. Terdapat jalan selasar keliling untuk menghubungkan ruang-ruang ini sekaligus untuk melakukan ritual yang disebutpradakshina. Pada lorong keliling ini dipasangi pagar langkan, dan pada galeri dinding tubuh candi maupun dinding pagar langkan biasanya dihiasi relief, baik yang bersifat naratif (berkisah) atau pun dekoratif (hiasan).
3.     Atap candi adalah bagian atas candi yang menjadi simbol dunia atas atau swarloka. Pada konsep Buddha disebut arupadhatu. Yaitu menggambarkan ranah surgawi tempat para dewa dan jiwa yang telah mencapai kesempurnaan bersemayam. Pada umumnya, atap candi terdiri dari tiga tingkatan yang semakin atas semakin kecil ukurannya. Sedangkan atap langgam Jawa Timur terdiri atas banyak tingkatan yang membentuk kurva limas yang menimbulkan efek ilusi perspektif yang mengesankan bangunan terlihat lebih tinggi. Pada puncak atap dimahkotai stuparatnawajra, atau linggasemu. Pada candi-candi langgam Jawa Timur, kemuncak atau mastakanya berbentuk kubus atau silinder dagoba. Pada bagian sudut dan tengah atap biasanya dihiasi ornamen antefiks, yaitu ornamen dengan tiga bagian runcing penghias sudut. Kebanyakan dinding bagian atap dibiarkan polos, akan tetapi pada candi-candi besar, atap candi ada yang dihiasi berbagai ukiran, seperti relung berisi kepala dewa-dewa, relief dewa atau bodhisatwa, pola hias berbentuk permata atau kala, atau sulur-sulur untaian roncean bunga.

3)    Tata letak
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/f/f4/Sewu_Aerial_view.jpg/220px-Sewu_Aerial_view.jpg

Bangunan candi ada yang berdiri sendiri ada pula yang berkelompok. Ada dua sistem dalam pengelompokan atau tata letak kompleks candi, yaitu:
1)    Sistem konsentris, sistem gugusan terpusat; yaitu posisi candi induk berada di tengah–tengah anak candi (candi perwara). Candi perwara disusun rapi berbaris mengelilingi candi induk. Sistem ini dipengaruhi tata letak denah mandala dari India. Contohnya kelompok Candi Prambanan dan Candi Sewu.
2)    Sistem berurutan, sistem gugusan linear berurutan; yaitu posisi candi perwara berada di depan candi induk. Ada yang disusun berurutan simetris, ada yang asimetris. Urutan pengunjung memasuki kawasan yang dianggap kurang suci berupa gerbang dan bangunan tambahan, sebelum memasuki kawasan tersuci tempat candi induk berdiri. Sistem ini merupakan sistem tata letak asli Nusantara yang memuliakan tempat yang tinggi, sehingga bangunan induk atau tersuci diletakkan paling tinggi di belakang mengikuti topografi alami ketinggian tanah tempat candi dibangun. Contohnya Candi Penataran dan Candi Sukuh. Sistem ini kemudian dilanjutkan dalam tata letak Pura Bali
4)      Bahan bangunan
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/d/d0/Candi_Blandongan.JPG/220px-Candi_Blandongan.JPG
.
Bahan material bangunan pembuat candi bergantung kepada lokasi dan ketersediaan bahan serta teknologi arsitektur masyarakat pendukungnya. Candi-candi di Jawa Tengah menggunakan batu andesit, sedangkan candi-candi pada masa Majapahit di Jawa Timur banyak menggunakan bata merah. Demikian pula candi-candi di Sumatera seperti Biaro Bahal, Muaro Jambi, dan Muara Takus yang berbahan bata merah. Bahan-bahan untuk membuat candi antara lain:
1.     Batu andesit, batu bekuan vulkanik yang ditatah membentuk kotak-kotak yang saling kunci. Batu andesit bahan candi harus dibedakan dari batu kali. Batu kali meskipun mirip andesit tapi keras dan mudah pecah jika ditatah (sukar dibentuk). Batu andesit yang cocok untuk candi adalah yang terpendam di dalam tanah sehingga harus ditambang di tebing bukit.
2.     Batu putih (tuff), batu endapan piroklastik berwarna putih, digunakan di Candi Pembakaran di kompleks Ratu Boko. Bahan batu putih ini juga ditemukan dijadikan sebagai bahan isi candi, dimana bagian luarnya dilapis batu andesit
3.     Bata merah, dicetak dari lempung tanah merah yang dikeringkan dan dibakar. Candi Majapahit dan Sumatera banyak menggunakan bata merah.
4.     Stuko (stucco), yaitu bahan semacam beton dari tumbukan batu dan pasir. Bahan stuko ditemukan di percandian Batu Jaya.
5.     Bajralepa (vajralepa), yaitu bahan lepa pelapis dinding candi semacam plaster putih kekuningan untuk memperhalus dan memperindah sekaligus untuk melindungi dinding dari kerusakan. Bajralepa konon dibuat dari campuran putih telur, getah tumbuhan, kapur halus, dan lain-lain. Bekas-bekas bajralepa ditemukan di candi Sari dan candi Kalasan. Kini pelapis bajralepa telah banyak yang mengelupas.
6.     Kayu, beberapa candi diduga terbuat dari kayu atau memiliki komponen kayu. Candi kayu serupa dengan Pura Bali yang ditemukan kini. Beberapa candi tertinggal hanya batu umpak atau batur landasannya saja yang terbuat dari batu andesit atau bata, sedangkan atasnya yang terbuat dari bahan organik kayu telah lama musnah. Beberapa dasar batur di Trowulan Majapahit disebut candi, meskipun sesungguhnya merupakan landasan pendopo yang bertiang kayu.Candi Sambisari dan candi Kimpulan memiliki umpak yang diduga candi induknya dinaungi bangunan atap kayu. Beberapa candi seperti Candi Sari dan Candi Plaosan memiliki komponen kayu karena pada struktur batu ditemukan bekas lubang-lubang untuk meletakkan kayu gelagar penyangga lantai atas, serta lubang untuk menyisipkan daun pintu dan jeruji jendela.

5)      ARSITEKTUR CANDI
Candi umumnya terbagi menjadi dua ragam, yaitu: ragam Jawa Tengah dan ragam jaawa Timur. Ciri-ciri ragam Jawa Tengah ialah: bentuk bangunannya tambun, atasnya berundak-undak, puncak berbentuk ratnanaturalis, letak candi di tengah halaman, menghadap ke timur, dan terbuat dari batu andesit.Ciri-ciri ragam Jawa Timur, ialah: bentuk bangunan ramping, atapnya merupakan perpaduan tingkatan, puncak berbentuk kubus, makara tidak ada, relief timbul sedikit dengan lukisan simbolis menyerupai wayang kulit, letak candi di belakang halaman, menghadap ke barat, kebanyakan terbuat dari bata, dan menurut Soekmono, seorang arkeolog terkemuka di Indonesia, mengidentifikasi perbedaan gaya arsitektur (langgam) antara candi Jawa tengah dengan candi Jawa Timur. Langgam Jawa Tengahan umumnya adalah candi yang berasal dari sebelum tahun 1000 masehi, sedangkan langgam Jawa Timuran umumnya adalah candi yang berasal dari sesudah tahun 1000 masehi. Candi-candi di Sumatera dan Bali, karena kemiripannya dikelompokkan ke dalam langgam Jawa Timur.Apabila kita perhatikan lebih spesifik, terdapat banyak perbedaan antara candicandi yang ada di Jawa Tengah dengan candi-candi yang ada di Jawa Timur. Memang ada persamaannya seperti fungsi dan strukturnya secara umum. Perbedaan-perbedaan spesifik candi di kedua wilayah itu diantaranya adalah;


Bagian dari Candi
Langgam Jawa Tengah
Langgam Jawa Timur
Bentuk bangunan
Cenderung tambun
Cenderung tinggi dan ramping
Atap
Jelas menunjukkan undakan, umumnya terdiri atas 3 tingkatan
Atapnya merupakan kesatuan tingkatan. Undakan-undakan kecil yang sangat banyak membentuk kesatuan atap yang melengkung halus. Atap ini menimbulkan ilusi perspektif sehingga bangunan berkesan lebih tinggi
Kemuncak atau mastaka
Stupa (candi Buddha), Ratna, Wajra, atau Lingga Semu (candi Hindu)
Kubus (kebanyakan candi Hindu), terkadang Dagoba yang berbentuk tabung (candi Buddha)
Gawang pintu dan hiasan relung
Gaya Kala-Makara; kepala Kala dengan mulut menganga tanpa rahang bawah terletak di atas pintu, terhubung dengan Makara ganda di masing-masing sisi pintu
Hanya kepala Kala tengah menyeringai lengkap dengan rahang bawah terletak di atas pintu, Makara tidak ada
Relief
Ukiran lebih tinggi dan menonjol dengan gambar bergaya naturalis
Ukiran lebih rendah (tipis) dan kurang menonjol, gambar bergaya seperti wayang Bali
Kaki
Undakan jelas, biasanya terdiri atas satu bagian kaki kecil dan satu bagian kaki lebih besar. Peralihan antara kaki dan tubuh jelas membentuk selasar keliling tubuh candi
Undakan kaki lebih banyak, terdiri atas beberapa bagian batur-batur yang membentuk kaki candi yang mengesankan ilusi perspektif agar bangunan terlihat lebih tinggi. Peralihan antara kaki dan tubuh lebih halus dengan selasar keliling tubuh candi lebih sempit
Tata letak dan lokasi candi utama
Mandala konsentris, simetris, formal; dengan candi utama terletak tepat di tengah halaman kompleks candi, dikelilingi jajaran candi-candiperwara yang lebih kecil dalam barisan yang rapi
Linear, asimetris, mengikuti topografi (penampang ketinggian) lokasi; dengan candi utama terletak di belakang, paling jauh dari pintu masuk, dan seringkali terletak di tanah yang paling tinggi dalam kompleks candi, candi perwara terletak
 didepan candi utama
Arah hadap bangunan
Kebanyakan menghadap ke timur
Kebanyakan menghadap ke barat
Bahan bangunan
Kebanyakan batu andesit
Kebanyakan bata merah

Meskipun demikian terdapat beberapa pengecualian dalam pengelompokkan langgam candi ini. Sebagai contoh candi Penataran, Jawi, Jago, Kidal, dan candi Singhasari jelas masuk dalam kelompok langgam Jawa Timur, akan tetapi bahan bangunannya adalah batu andesit, sama dengan ciri candi langgam Jawa Tengah; dikontraskan dengan reruntuhan Trowulan seperti candi Brahu, serta candi Majapahit lainnya seperti candi Jabung dan candi Pari yang berbahan bata merah. Bentuk candi Prambanan adalah ramping serupa candi Jawa Timur, tapi susunan dan bentuk atapnya adalah langgam Jawa Tengahan. Lokasi candi juga tidak menjamin kelompok langgamnya, misalnya candi Badut terletak di Malang, Jawa Timur, akan tetapi candi ini berlanggam Jawa Tengah yang berasal dari kurun waktu yang lebih tua di abad ke-8 masehi.
Bahkan dalam kelompok langgam Jawa Tengahan terdapat perbedaan tersendiri dan terbagi lebih lanjut antara langgam Jawa Tengah Utara (misalnya kelompok Candi Dieng) dengan Jawa Tengah Selatan (misalnya kelompok Candi Sewu). Candi Jawa Tengah Utara ukirannya lebih sederhana, bangunannya lebih kecil, dan kelompok candinya lebih sedikit; sedangkan langgam candi Jawa Tengah Selatan ukirannya lebih raya dan mewah, bangunannya lebih megah, serta candi dalam kompleksnya lebih banyak dengan tata letak yang teratur.
6)    MACAM-MACAM CANDI
Di Indonesia candi terdapat di dua wilayah pertama di pulau jawa dan yang kedua dipulau Sumatra, dan kemudian di pulau jawa di bagi dua willayah lagi yaitu jawa tengah dan jawa timur,candi-candi tersebut antara lain yaitu:
·         Candi gunung wukir dekat magelang, yang berhubungan dengan prasati Canggal tahun 732 M.
·         Candi badut  dekat malang,yang berhubungan dengan prasasti Dinoyo tahun 760 M
·         Kelompok candi Dieng, yang terdiri atas berbagai candi yang oleh penduduk di beri nama-nama wayang, seperti : Arjuna, Gatotkoco; di dekat Candi Arjuna ada didapatkan sebuah prasasti dari tahun 809
·         Kelompok candi Gendong Songo di lereng Gunung Ungaran.
·         Candi Prambanan dari abad ke-9, terletak diPrambanan, Yogyakarta.

·         Candi Kalasan dekat Yokyakarta yang didirikan tahun 778
·         Candi Borobudur
·         Candi Mendut sebelah timur Borobudur
·         Kelompok candi Sewu, di dekat desa Prambanan
·         Candi Kidal, candi jago, Candi singo Sari dekat Malang .
·         Kelompok candi Muara Takus, dekat Bangkinang, Riau
·         Kelompok candi Gunung Tua , dekat Padang sidempuan
·           Candi Biaro Bahal, di Padang Lawas, Sumatera Utara.
Candi dapat berfungsi sebagai:
1.     Candi Pemujaan: candi Hindu yang paling umum, dibangun untuk memuja dewa, dewi, atau bodhisatwa tertentu, contoh: candi Prambanan, candi Canggal,candi Sambisari, dan candi Ijo yang menyimpan lingga dan dipersembahkan utamanya untuk Siwacandi Kalasan dibangun untuk memuliakan Dewi Tara, sedangkan candi Sewu untuk memuja Manjusri.
2.     Candi Stupa: didirikan sebagai lambang Budha atau menyimpan relik buddhis, atau sarana ziarah agama Buddha. Secara tradisional stupa digunakan untuk menyimpan relikui buddhis seperti abu jenazah, kerangka, potongan kuku, rambut, atau gigi yang dipercaya milik Buddha Gautama, atau bhiksu Buddha terkemuka, atau keluarga kerajaan penganut Buddha. Beberapa stupa lainnya dibangun sebagai sarana ziarah dan ritual, contoh: candi Borobudurcandi Sumberawan, dan candi Muara Takus
3.     Candi Pedharmaan: sama dengan kategori candi pribadi, yakni candi yang dibangun untuk memuliakan arwah raja atau tokoh penting yang telah meninggal. Candi ini kadang berfungsi sebagai candi pemujaan juga karena arwah raja yang telah meninggal seringkali dianggap bersatu dengan dewa perwujudannya, contoh: candi Belahan tempat Airlangga dicandikan, arca perwujudannya adalah sebagai Wishnu menunggang Garuda. Candi Simping di Blitar, tempat Raden Wijaya didharmakan sebagai dewa Harihara.

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/b/b4/Candi_Jawi_A.JPG/220px-Candi_Jawi_A.JPG
7)      ARCA
Arca adalah patung yang dibuat dengan tujuan utama sebagai media keagamaan, yaitu sarana dalam memuja tuhan atau dewa-dewinya. Arca berbeda dengan patung pada umumnya, yang merupakan hasil seni.Arca menjadi simbol telah bersatunya raja dengan dewa penitisnya. Patung dewa-dewa agama Hindu di antaranya Dewa Siwa, Dewa Wisnu, dan Dewa Brahma. Ketiga dewa tersebut biasanya disebut Trimurti. Di dalam agama Budha dikenal adanya Arca Buddha. Arca Buddha biasanya sangat sederhana, tanpa hiasan, hanya memakai jubah.
Kini di dalam dunia keagamaan Indonesia dikenal dua macam arca, yakni arca agama Hindu, arca agama Budha, dan . Agama Islam tidak mengenal arca, karena ajarannya melarang menyembah berhala atau segala figur perwujudan Tuhan.

Arca Hindu

Dalam agama Hindu, arca adalah sama dengan Murti (Dewanagari: मूर्ति), atau murthi, yang merujuk kepada citra yang menggambarkan Roh atau Jiwa Ketuhanan (murta). Berarti "penubuhan", murti adalah perwujudan aspek ketuhanan (dewa-dewi), biasanya terbuat dari batu, kayu, atau logam, yang berfungsi sebagai sarana dan sasaran konsentrasi kepada Tuhan dalam pemujaan. Menurut kepercayaan Hindu, murti pantas dipuja sebagai fokus pemujaan kepada Tuhan setelah roh suci dipanggil dan bersemayam didalamnya dengan tujuan memberikan persembahan atau sesaji. Perwujudan dewa atau dewi, baik sikap tubuh, atribut, atau proporsinya harus mengacu kepada tradisi keagamaan yang bersangkutan.
Arca tidak selalu ditemukan di dekat sebuah candi. Candi bisa jadi memiliki sebuah arca, namun sebuah arca belum tentu ada dalam sebuah candi. Ada tiga jenis arca berdasarkan kuantitas pemujanya, yakni:
·         Arca Istadewata, yaitu arca yang dimiliki oleh perseorangan, sehingga dapat dibawa kemana-mana.
  • Arca Kuladewata, yaitu arca yang dimiliki oleh sebuah keluarga, biasanya terdapat di rumah-rumah.
  • Arca Garbadewata, yaitu arca yang dipuja oleh banyak orang, dalam hal ini masyarakat.

Arca Buddha

Murti juga dimuliakan dalam agama Buddha terutana mazhab Mahayana saat beribadah sebagai sasaran pemujaan atau fokus meditasi. Pemujaan murti sangat dianjurkan dalam dalam Hindu dan Buddha, khususnya pada masa Dwapara Yuga, seperti disebutkan dalam naskah Pañcaratra. Dalam agama Buddha, arca perwujudan Buddha Gautama disebut Buddharupa.

Laksana

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/9/9a/Brahma_Statue_in_Prambanan.jpg/170px-Brahma_Statue_in_Prambanan.jpg
Dewa Brahma digambarkan berkepala empat
Tidak seperti patung biasa yang dibuat bebas sesuai keinginan seniman pematungnya, arca dewa-dewi, buddha, bodhisattwa atau makhluk spiritual tertentu memiliki ciri-ciri yang disebut laksana, yaitu atribut atau benda-benda tertentu yang dibawa oleh arca ini yang menjadi cirinya. Laksana sudah disepakati dalam ikonografi seni Hindu dan Buddha.
Berikut ini adalah laksana atau ciri-ciri atribut dewa-dewa atau tokoh spiritual lainnya:
  • Shiwa: Memiliki mata ketiga di dahinya, pada mahkotanya terdapat bulan sabit dan tengkorak yang disebut Ardhachandrakapala, upawita (tali kasta) ular naga, mengenakan cawat kulit harimau yang ditampilkan dengan ukiran kepala dan ekor harimau di pahanya, bertangan empat yang membawa atribut yaitu trisula, aksamala (tasbih), camara (pengusir lalat), dan kamandalu (kendi). Wahana (kendaraannya) adalah Nandi.
  • Wishnu: Mengenakan mahkota agung jatamakuta, bertangan empat yang membawa atribut yaitu chakra (piringan cakram), cengkha (cangkang kerang bersayap), gada, dan buah atau kuncup bunga padma. Wahananya adalah Garuda.
  • Brahma: Berkepala empat pada tiap penjuru mata angin, mengenakan mahkota agung jatamakuta, bertangan empat yang membawa atribut yaitu kitab, aksamala (tasbih), camara (pengusir lalat), dan buah atau kuncup bunga padma.Wahananya adalah Hamsa (angsa).
  • Agastya: Shiwa dalam perwujudannya sebagai resi brahmana pertapa, digambarkan pria tua berjanggut dan berperut buncit, memegang aksamala, kamandalu, dan trisula.
  • Ganesha: Putra Shiwa yang berkepala gajah ini digambarkan bertangan empat dengan tangan belakang memegang aksamala dan kampak, sementara tangan depannya memegang mangkuk yang dihirup belalainya, serta potongan gadingnya.
  • Durga: Istri Shiwa ini sering diwujudkan sebagai Mahisashuramardhini (pembunuh ashura banteng) dengan posisi menindas raksasa banteng. Ia digambarkan sebagai wanita cantik dalam busana kebesaran bertangan delapan atau duabelas dengan memegang berbagai senjata seperti pedang, perisai, parang busur panah, anak panah, chakra, cengkha, dan tangan yang menjambak rambut Mahisashura dan menarik ekornya. Wahananya adalah Singa.
  • Laksmi: Istri Wishnu ini adalah dewi kemakmuran dan kebahagiaan. Digambarkan sebagai wanita cantik dalam busana kebesaran bertangan dua atau empat dengan memegang padma (teratai merah).
  • Saraswati: istri Brahma ini adalah dewi pengetahuan dan kesenian. Digambarkan sebagai wanita cantik dalam busana kebesaran bertangan empat yang memegang alat musik sitar, aksamala, dan kitab lontar. Wahananya adalah hamsa (angsa).
  • Wairocana: Buddha penguasa pusat zenith digambarkan sebagai Buddharupa dalam posisi bersila atau duduk dengan mudra (sikap tangan) dharmachakra mudra atau witarka mudra.
  • Awalokiteswara: Mengenakan mahkota agung jatamakuta yang ditengahnya terukir Buddha Amitabha, bertangan dua atau empat yang membawa atribut buah atau kuncup bunga padma.
  • Maitreya: Mengenakan mahkota agung jatamakuta yang ditengahnya terukir stupa.
  • Prajnaparamita: Dewi kebijaksanaan buddhis ini digambarkan sebagai wanita cantik berbusana kebesaran tengah bersila dalam posisi teratai dengan mudra dharmachakra (memutar roda dharma). Lengan kirinya menggamit batang bunga teratai yang diatasnya terdapat naskah lontar kitab Prajnaparamita sutra.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Candi adalah  bangunan kuno peninggalan dari kejayaan dan kemashuran Agama Hindu dan Buddha Antara abad ke-7 dan ke-15 masehi, ratusan bangunan keagamaan dibangun dari bahan bata merah atau batu andesit di pulau Jawa, Sumatera, dan Bali. Bangunan ini disebut candi. Candi terdiri dari kaki,tubuh, dan atap serta memiliki perbedaan antara candi yang terdapat di jawa timur dengan candi yang terdapat di jawa tengah
Arca adalah patung yang dibuat dengan tujuan utama sebagai media keagamaan, yaitu sarana dalam memuja tuhan atau dewa-dewinya yang terdapat didalam maupun diluar candi










DAFTAR PUSTAKA

·         Soekmono, Dr R. (1973). Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2. Yogyakarta, Indonesia: Penerbit Kanisius. hlm. 81. ISBN 979-413-290-X.
·         Yogyes.com Menjelajahi Candi-Candi Kuno di Yogyakarta
·         Soekmono, Dr R. (11 Oktober 1973). Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2. Yogyakarta, Indonesia: Penerbit Kanisius. hlm. 86. ISBN 979-413-290-X.










Lampiran
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/d/d1/Prambanan_Complex_1.jpg/360px-Prambanan_Complex_1.jpghttp://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/8/8c/Borobudur-Nothwest-view.jpg/360px-Borobudur-Nothwest-view.jpg
·         Kompleks candi Prambanan dan Borobudur, candi Hindudan buddha terbesar di Indonesia
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/c/c3/Candi_Bahal_1.JPG/220px-Candi_Bahal_1.JPGCandi Biaro Bahal, di Padang Lawas, Sumatera Utara.
 http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/2/20/Muara_Takus_temple.jpg/120px-Muara_Takus_temple.jpgCandi Muara Takus, Bangkinang, Riau

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/7/75/Candi_Gumpung_Muarojambi.jpg/120px-Candi_Gumpung_Muarojambi.jpgCandi Gumpung, Muaro Jambi, Jambi
 Arca Wishnu, berasal dariKediri, abad ke-12 dan ke-13.

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/f/fd/Vishnu_Kediri.jpg/160px-Vishnu_Kediri.jpg Arca Wishnu, berasal dariKediri, abad ke-12 dan ke-13.
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/2/24/Prajnaparamita_Java_Side_Detail.JPG/194px-Prajnaparamita_Java_Side_Detail.JPG Arca Prajnaparamita ditemukan dekat candi Singhasari dipercaya sebagai arca perwujudan Ken Dedes (koleksi Museum Nasional Indonesia). Keindahan arca ini mencerminkan kehalusan seni budaya Singhasari.

Stupa Borobudur.jpg Arca Buddha dan stupa Borobudur

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/6/6d/Borobudur_Lion_Guardian.jpg/170px-Borobudur_Lion_Guardian.jpg Arca singa penjaga gerbang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar